Berbelanja bisa jadi kegiatan yang menyenangkan bagi banyak orang. Tak jarang, belanja juga menjadi sarana healing untuk mengatasi rasa stres atau cemas. Namun, jika kegiatan ini kamu lakukan secara berlebihan, maka akan menimbulkan perilaku impulsive buying yang merugikan finansialmu.
Tapi, impulsive buying artinya memang apa? Bagaimana cara mengendalikannya? Yuk, simak pengertian, contoh, indikator, hingga cara pengendalian lengkapnya dalam artikel ini!
Checkout Keranjang E-Commerce Sekarang, Bayarnya Belakangan!
Beli gadget sampai furnitur bisa dicicil hingga 9 bulan, bunganya ringan. Yuk, transaksi sekarang!
Apa Itu Impulsive Buying?
Ketika sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, pernahkah kamu merasakan dorongan untuk membeli suatu barang yang sedang diskon meski tidak direncanakan dan tidak terlalu membutuhkannya? Jika iya, kamu sedang mengalami impulsive buying atau pembelian yang impulsif.
Secara sederhana, impulsive buying artinya adalah membeli barang atau jasa secara spontan tanpa perencanaan sebelumnya. Keputusan untuk melakukan pembelian ini seringkali didorong oleh dorongan emosional atau pengaruh dari lingkungan sekitar, bukan karena pertimbangan rasional atau kebutuhan yang jelas.
Meski melakukan pembelian impulsif dapat memberi kamu rasa kepuasan, itu hanya sementara. Karena nantinya sang pembeli mulai akan sadar kalau barang yang dibeli sebenarnya tidak diperlukan atau dapat berdampak negatif secara finansial.
Mengingat kegiatan ini seringkali didasarkan pada emosi daripada logika, kebiasaan belanja impulsif biasanya muncul jika seseorang tertarik oleh sesuatu yang menarik. Misalnya seperti diskon atau promosi yang menimbulkan perasaan bahwa kesempatan tersebut tidak akan datang lagi di masa depan.
Nyatanya, perilaku belanja impulsif dapat berdampak negatif buat kamu jika terjadi terus-menerus. Sebab, kebiasaan ini cenderung mendorong pembelian berdasarkan keinginan daripada kebutuhan. Tentu, hal ini akan jadi penyebab pemborosan, penumpukan barang tak perlu, dan membahayakan kondisi keuanganmu.
Baca Juga: Frugal Living: Pengertian, Manfaat, Tips Gaya Hidup Hemat
Contoh Impulsive Buying
Contoh paling umum dari impusive buying dapat dilihat saat berbelanja online. Misalnya, kamu sedang ingin membeli satu buah produk di toko tertentu. Namun, ternyata toko tempat biasa membeli produk tersebut sedang menawarkan flash sale atau diskon besar-besaran.
Karena hal itu, kamu langsung tergoda untuk membeli produk lainnya tanpa banyak pertimbangan. Namun, setelah barang terbeli, kamu baru sadar kalau produk yang dibutuhkan hanya satu dan yang lain sebenarnya tidak berguna. Akhirnya, barang pun berakhir tersimpan saja tanpa kamu gunakan di saat uang sudah melayang.
Indikator Impulsive Buying
Pada dasarnya, meski seseorang kerap terlihat banyak berbelanja, kamu tidak bisa langsung memasukkannya dalam kategori pembelian impulsif. Nah, agar tidak salah menilai apakah kamu termasuk pembelanja impulsif atau tidak, simak indikator impulsive buying di bawah ini.
1. Mencari Kepuasan Instan
Indikator yang pertama adalah mencari kepuasan instan. Mencari kepuasan instan merupakan salah satu hal yang harus kamu hindari. Sebab, saat merasa bosan, jenuh, atau tertekan, kemungkinan kamu akan melakukan pembelian secara spontan untuk mendapatkan kepuasan instan.
2. Membeli Tanpa Pertimbangan
Selanjutnya adalah melakukan transaksi tanpa berpikir panjang. Ketika sebuah produk menarik perhatianmu, kamu mungkin langsung membelinya tanpa mempertimbangkan manfaatnya atau kondisi finansial yang kamu miliki.
3. Pembelian Berlebihan dengan Alasan Self Reward
Ketika sudah mencapai sesuatu atau telah bekerja keras, seringkali kamu terdorong untuk memberi hadiah kepada diri sendiri sebagai bentuk apresiasi. Namun, jika pembelian dilakukan secara berlebihan dengan dalih self-reward, itu bisa menjadi contoh impulsive buying dalam dirimu.
Hitung Pinjaman dan Tagihanmu
Tentukan jumlah dan tenor pinjaman
*Beberapa nominal pinjaman hanya dapat memilih tenor tertentu
Bunga 0%
*Biaya admin, bunga, dan tenor bervariasi untuk setiap pengguna
4. Menggunakan Window Shopping sebagai Pelarian dari Stres
Sepeeti yang sudah disinggung sebelumnya, mengatasi stres melalui window shopping adalah indikator lain dari pembelian impulsif. Window shopping merupakan kegiatan melihat-lihat produk yang ditampilkan di etalase toko tanpa ada niat untuk membeli.
Meski window shopping bisa jadi aktivitas yang menyenangkan saat berjalan-jalan, hal ini bisa membuatmu rentan terhadap pembelian tanpa perencanaan. Terutama jika kamu melihat ada produk yang menarik.
5. Mengikuti Tren Terbaru
Kecenderungan untuk membeli barang-barang yang sedang tren menunjukkan tanda-tanda pembelian impulsif. Demi memenuhi tuntutan sosial atau menghindari perasaan tertinggal atau FOMO (Fear of Missing Out), kamu menjadi memaksakan diri untuk membeli produk yang belum tentu kamu butuhkan.
6. Mudah Tergiur dengan Promo dan Diskon
Indikator terakhir dari pembelian impulsif adalah kecenderungan untuk tergoda dengan promo dan diskon. Jika melihat penawaran harga yang lebih murah, kamu mungkin merasa harus segera memanfaatkannya dengan membeli barang dalam jumlah banyak. Ini terjadi karena kamu takut kesempatan itu tidak akan datang lagi.
Baca Juga: Cara Mengelola Pinjaman Online dengan Bijak? Ini Dia Tips Aman dan Menyenangkan Memanfaatkan Pinjaman Online
Cara Mengendalikan Perilaku Impulsive Buying
Jika mulai merasakan adanya tanda-tanda perilaku belanja impulsif dalam diri, kamu bisa mengatasinya. Jadi, jangan khawatir karena ada beberapa langkah yang dapat membantu kamu mengendalikan kebiasaan ini agar tidak berdampak buruk pada kondisi keuangan dan kesehatanmu. Berikut beberapa di antaranya.
1. Tentukan Skala Prioritas Kebutuhan
Coba biasakan diri untuk secara rutin menyusun daftar prioritas kebutuhan sebelum melakukan belanja bulanan. Maksudnya, kamu perlu merinci apa saja kebutuhan sehari-hari setiap bulannya.
Jika perlu, kamu juga bisa buat daftar barang yang benar-benar diperlukan dan cobalah sebisa mungkin untuk mematuhi list yang sudah kamu buat tersebut. Ini akan membantu kamu tetap fokus dan menghindari pembelian yang tidak perlu.
Pastikan juga kamu bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta pertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Coba tanya pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya sekedar keinginan sementara.
Jika sudah seperti ini, harapannya kamu jadi bisa mengontrol kebiasaan belanja dan membuat keputusan yang lebih bijak.
Selesaikan Tagihan Bulanan Sekarang, Bayarnya Belakangan!
BPJS, PDAM, dan PLN tuntas, bayarnya bisa dicicil hingga 9 bulan, bunganya super ringan. Ayo, bayar tagihanmu, sekarang!
2. Gunakan Satu Aplikasi Belanja Online Saja
Meskipun platform belanja online menawarkan banyak sekali kemudahan, jika tidak dikendalikan, hal ini dapat memicu perilaku impulsive buying. Oleh karena itu, sebaiknya kamu membatasi penggunaan hanya pada satu platform belanja online. Sehingga kamu bisa lebih mudah dalam mengontrol aktivitas belanja.
3. Batasi Transaksi Online dan Penggunaan Kartu Kredit
Kebiasaan bertransaksi online memungkinkan kamu melakukan pembelian tanpa perlu bawa uang tunai dalam jumlah besar. Namun, kemudahan ini bisa membuat kamu lebih sering belanja tanpa perhitungan yang matang.
Karena itu, kamu harus mulai memiliki batasan. Jika barang yang kamu inginkan bukan hal penting dan hanya sekadar lapar mata, sebaiknya hindari penggunaan kartu kredit dan transaksi online lainnya.
4. Jauhi Pemicu Belanja Impulsif
Kamu harus bisa mengenali tempat atau hal yang memicu keinginan belanja impulsif. Biasanya ini meliputi pusat perbelanjaan atau situs belanja online.
Cobalah untuk belajar dari pengalaman sebelumnya agar kamu tidak terjerumus lagi. Jika tidak ada kebutuhan mendesak, hindari bepergian dan matikan data seluler untuk aplikasi e-commerce.
Baca Juga: 8 Tips Menyusun Resolusi Keuangan 2025. Wajib Coba!
Sudah Lebih Memahami tentang Impulsive Buying?
Setelah memahami apa itu impulsive buying dan cara mengendalikannya, kamu bisa mulai lebih bijak dalam mengelola keuangan. Namun, jika kamu memang membutuhkan dana tambahan untuk keperluan mendesak, maka sebaiknya pilih layanan yang aman dan terpercaya.
Salah satu opsi terbaik adalah menggunakan pinjaman online terpercaya resmi OJK hanya di JULO. JULO menawarkan berbagai layanan yang fleksibel, mulai dari pinjaman bersuku bunga rendah dengan limit Rp50.000.000,00 hingga tenor yang dapat disesuaikan dengan kemampuanmu.
Dengan proses pengajuan yang cepat dan mudah, JULO siap membantu memenuhi kebutuhan tanpa harus khawatir dengan risiko keuangan yang tidak terduga. Namun, kamu tetap harus menggunakannya untuk kebutuhan penting dan bukan karena perilaku pembelian impulsif, ya! Yuk, tetap bijak kelola keuangan!