Pandemi COVID-19 menjadi ujian besar bagi dunia usaha. Banyak bisnis terhenti, omzet anjlok, dan pola konsumsi masyarakat berubah drastis. Namun, di balik krisis itu, muncul juga gelombang baru pelaku usaha yang mampu beradaptasi dan justru tumbuh di tengah keterbatasan.
Menurut laporan Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce Indonesia melonjak dari Rp266 triliun pada tahun 2020 menjadi lebih dari Rp401 triliun pada 2021 â meningkat hampir 51%. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat beralih ke belanja online, membuka peluang baru bagi bisnis digital dan usaha kecil menengah.
Artikel ini akan membahas strategi-strategi penting agar bisnis tetap bertahan dan bahkan berkembang di tengah ketidakpastian, dengan fokus pada inovasi, efisiensi, dan adaptasi digital.
Pahami Perubahan Perilaku Konsumen
Kunci utama bertahan di masa pandemi adalah memahami bagaimana pola konsumsi masyarakat berubah. Orang kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, berbelanja online, dan memilih produk yang menawarkan kenyamanan, keamanan, serta efisiensi.
Produk yang meningkat permintaannya antara lain makanan siap saji, produk kesehatan, peralatan rumah tangga, serta produk digital seperti kursus online. Bagi pelaku usaha, hal ini berarti perlu melakukan penyesuaian cepat â baik dalam produk, layanan, maupun cara menjangkau pelanggan.
Contoh nyata: banyak restoran yang sebelumnya hanya melayani dine-in kini beralih ke model cloud kitchen dan pengantaran makanan online melalui GoFood atau GrabFood. Mereka tidak hanya bertahan, tapi juga menjangkau pasar baru di luar area sekitarnya.
Pindahkan Aktivitas ke Platform Digital
Digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. UMKM yang beralih ke platform digital selama pandemi terbukti lebih tangguh menghadapi penurunan penjualan. Dengan berjualan di marketplace, menggunakan media sosial, atau bahkan membangun website sederhana, bisnis bisa terus berjalan meski mobilitas masyarakat terbatas.
Langkah yang bisa kamu lakukan:
- Buat akun bisnis di media sosial utama (Instagram, TikTok, Facebook).
- Gunakan fitur promosi berbayar untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
- Daftarkan bisnismu di platform online seperti Tokopedia, Shopee, atau Gojek.
- Pastikan deskripsi produk jelas, harga transparan, dan foto produk menarik.
Selain itu, manfaatkan WhatsApp Business untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan. Gunakan fitur catalog agar pelanggan dapat melihat produk dengan mudah dan melakukan pemesanan cepat.
Hemat Biaya, Maksimalkan Efisiensi
Salah satu kesalahan umum pelaku usaha di masa sulit adalah tidak menyesuaikan struktur biaya dengan kondisi pasar. Evaluasi ulang seluruh pengeluaran bisnis â mulai dari biaya operasional, logistik, hingga produksi.
Jika memungkinkan, negosiasikan ulang harga sewa tempat, kurangi pengeluaran non-prioritas, dan gunakan teknologi untuk menekan biaya tenaga kerja. Misalnya, gunakan software pembukuan online, sistem CRM gratis, atau layanan cloud untuk menyimpan data.
Selain itu, pertimbangkan untuk beralih ke model bisnis pre-order, di mana pelanggan membayar sebagian sebelum produksi dilakukan. Cara ini bisa menjaga arus kas agar bisnis tetap sehat.
Inovasi Produk dan Strategi Promosi
Pandemi bukan alasan untuk berhenti berinovasi. Justru, saat kondisi ekonomi menurun, bisnis yang kreatif biasanya yang paling cepat pulih. Kembangkan produk baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini, seperti:
- Makanan sehat dan praktis (frozen food, meal prep, paket diet).
- Produk kebersihan (masker kain modis, sabun antiseptik, hand sanitizer lokal).
- Produk digital (kursus online, e-book, alat kerja jarak jauh).
Gunakan strategi promosi yang emosional dan empatik â hindari gaya jualan keras. Kampanye seperti “Dukung Bisnis Lokal”, “Belanja Aman dari Rumah”, atau “Beli Sekaligus Bantu UMKM” terbukti lebih efektif di masa sulit karena menimbulkan rasa solidaritas sosial.
Kolaborasi dan Adaptasi Model Bisnis
Salah satu cara bertahan adalah berkolaborasi dengan pelaku usaha lain. Misalnya, bisnis makanan bekerja sama dengan influencer lokal untuk promosi, atau usaha fashion menggandeng brand lokal lain membuat paket bundling.
Selain itu, bisnis juga bisa beradaptasi dengan mengubah modelnya. Contohnya:
- Gym yang tutup selama pandemi beralih menjadi platform pelatihan virtual.
- Event organizer bertransformasi menjadi penyedia layanan webinar dan event online.
- Toko offline membuka layanan drive-thru atau delivery express.
Baca Juga: 11 Cara Berbisnis Makanan Yang Menguntungkan

Baca Juga: Ingin Jadi Seorang Freelance? Pahami Dulu Kekurangan dan Kelebihannya di Sini!
Adaptasi seperti ini menunjukkan ketangguhan bisnis dan bisa memperluas peluang pasca-pandemi.
Pandemi menjadi masa sulit, namun juga menjadi momentum pembelajaran besar bagi dunia usaha. Mereka yang mampu membaca perubahan dan beradaptasi cepat adalah yang tetap bertahan, bahkan tumbuh.
Fokuslah pada inovasi produk, efisiensi operasional, serta transformasi digital. Pelanggan kini tidak hanya mencari produk, tapi juga pengalaman belanja yang aman, nyaman, dan bermakna. Jika bisnismu mampu memenuhi kebutuhan itu, peluang untuk bangkit selalu ada.
Bisnis yang tangguh bukan berarti tanpa hambatan, melainkan yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Dengan strategi digital dan manajemen yang cermat, kamu bisa bertahan bahkan di masa paling menantang sekalipun.
Jika kamu membutuhkan modal untuk memperkuat bisnis, JULO Kredit Digital siap membantu. JULO menawarkan limit pinjaman hingga Rp50 juta, bunga ringan mulai dari 0,1% per hari, tenor fleksibel hingga 9 bulan, tanpa jaminan, dan telah diawasi langsung oleh OJK.
Dengan JULO, kamu bisa tetap melangkah, berinovasi, dan menjaga bisnismu tetap hidup di tengah perubahan.
Unduh aplikasi JULO sekarang, dan mulai wujudkan ketahanan bisnismu hari ini.